Dua Sisi Keindahan Phi-Phi Island dan Maya Bay

Phuket, Thailand – Apa yang pertama kali ada di pikiran anda ketika memutuskan untuk berlibur ke Phuket? Sewaktu ada promo heboh dari AA dan harga ke Phuket lumayan menggiurkan, yang pertama kali saya pikirkan adalah PhiPhi Island dan Maya Bay yang terkenal karena film The Beach.

Pantai yang diapit 2 tebing batu besar
Maya Bay
Setelah booking melalui Ms.Ladda, akhirnya kita bisa ke PhiPhi island di Hari ke 2 di Phuket. Keliling pulau di PhiPhi dan sekitarnya ini semacam open trip 1 hari dari pagi sekitar jam 08.00 sampai pukul 16.00. Pagi itu kita dijemput di hotel dengan mobil dan kita menjemput beberapa tamu lain untuk menuju Pelabuhan sebelum Island Hopping. 

Mobil yang menjemput kita
Pulau pertama yang kita singgahi yaitu Gua yang dihuni oleh monyet-monyet liar. Disana kita bisa melihat secara dekat habitat monyet yang ada disana.
Setelah singgah ke Viking Cave, kita melanjutkan perjalanan ke Maya Bay. Maya bay memiliki air berwarna hijau dan diapit oleh 2 tebing batu besar. Ini menjadi tempat paling favorite di PhiPhi Island Tour karena pemandangannya yang indah dan lokasi pantainya masih bersih.

Pemandangan di perjalanan menuju Maya Bay

Maya Bay
Air yang tenang diantara 2 tebing batu


Mungkin batu-batuan besar seperti ini juga ada di Indonesia, di sekitar pulau di ujung timur Indonesia. Sayang sekali untuk kesana lebih mahal daripada tiket ke Phuket. Pemandangan di atas perairan Maya Bay ini sangat indah dan siang itu cuaca sangat cerah.

Setelah mengexplore Maya Bay, kita melanjutkan perjalanan ke Pulau untuk makan siang. Paket One Day Tour PhiPhi Island ini sudah termasuk makan siang. Dengan harga per orang THB 1300 sudah termasuk makan siang, antar jemput ke hotel dan pelayanan yang sangat baik, harga ini sudah cukup murah. Makanan di Resto di Pulau juga berlimpah dan enak.

Resto didalam Pulau tempat kita makan siang
Setelah selesai makan siang kita lanjut untuk snorkeling disekitar PhiPhi Island. Okay pemandangannya ga kalah indah dengan Maya Bay, Masih tentang tebing batu-batuan besar yang mengelilingi lautnya. Warna air laut yang hijau jernih itu membuat mereka penghuni kapal ingin bergegas menceburkan diri ke dinginnya air laut di PhiPhi Island.

Abaikan dua lelaki disebelah :/


Snorkeling dengan backgroung Bebatuan 

Setelah selfie diatas air kami langsung menceburkan wajah ke dalam air dan ternyata pemandangan bawah laut PhiPhi tak seindah penampakannya dari atas.

Underwater Phi Phi Island

Sambil mengapung diatas air dan melepas snorkel dari mulut aku bertanya ke ko yudi,

“Kok kaya gini ya ko?” tanyaku

“Coba renang agak kesana aja, siapa tau beda” jawabnya.
Kita akhirnya berenang agak jauh dari spot kita tadi snorkeling, tetapi underwaternya masih sama saja. Banyak karang berwarna coklat yang sudah mati. Entah bagaimana mereka merawat karang disana, banyak yang mati, padahal PhiPhi merupakan tempat wisata andalan Phuket.
Underwater Phi Phi Island

Keindahan pemandangan di atas permukaan laut dan di bawah lautnya sangat berbeda. Padahal butuh waktu yang lama untuk menumbuhkan karang-karang dibawah laut. Kokohnya tebing-tebing yang mengelilingi laut Phi-Phi Island sebanding dengan underwaternya.

Bagus mana sama Underwater di Indonesia? 😀
Akhirnya kita hanya sebentar snorkeling dan kembali ke kapal, melanjutkan perjalanan pulang lagi ke pelabuhan untuk pulang menuju hotel. 

Secara keseluruhan memang pemandangan di Pulau ini masih sangat asri dan bersih ditambah dengan cuaca yang cerah membuat kita betah duduk bengong ngeliat air laut yang tenang. Hanya saja underwaternya kurang memuaskan karena banyak karang yang mati dan kurang terawat.



NB :
– Jika ingin island hopping ke PhiPhi Island dan pulau disekitar sebaiknya menginap disekitar Phuket Town daripada daerah Patong karena lokasi menuju pelabuhan lebih dekat.

– Harga 1Day tour PhiPhi Island + Maya Bay THB 1300 sudah termasuk PP Hotel-Pelabuhan, Makan siang, air mineral dan snack didalam speed boat

– PhiPhi Island dan James Bond island berada dilokasi yang berbeda sehingga membutuhkan 2x tour yang berbeda untuk mengexplore kedua Pulau yang terkenal tersebut

– Tour Phi-Phi Island yang biasa ditawarkan ada beberapa macam harga, tetapi masing-masing harga yang ditawarkan biasanya berbeda berdasarkan kapal yang akan mengangkut kita. Ada model long tail atau speed boat. 
Tagged : / / / / / / /

Keliling Phuket Town dan Kuil di Sekitarnya

Phuket, Thailand – Lagi-lagi berkat tiket promo dari AA akhirnya kita bisa terbang ke Phuket. Phuket ini sangat memperhatikan wisatawan dari luar negri yang masuk ke negaranya. Saat kita sampai di Bandara Phuket, kita akan mendapat nomor perdana dari True Move di booth yang ada di Bandara. Kita tinggal mengisi pulsa paket internet di sevel-sevel terdekat.

Yang sedikit unik dibandara Phuket ini antrian imigrasi sangat panjang dan para petugas bandara dengan terang-terangan menawarkan antrian khusus (anggap saja VIP) tetapi kita harus membayar THB 100 per orang agar lebih cepat proses imigrasinya.

Ada 2 kawasan yang menjadi pusat wisata di kota Phuket, yaitu daerah Phuket town dan daerah Patong. Phuket town kita bisa keliling kota tua Phuket, ada kuil-kuil dan yang terkenal di Phuket adalah Wat Chalong Temple, atau kita juga bisa mengunjungi Big Buddha. Sedangkan di Patong kita bisa jalan-jalan di sekitar Bangla Road (semacam legian-nya Bali) atau keliling ke pantai-pantai di sekitar Patong.

1. Wat Chalong Temple

Keliling tempat wisata di Phuket ini bisa dibilang murah karena kita tidak dipungut biaya tiket masuk. Area Wat Chalong ini memiliki beberapa bangunan kuil dan kita bisa masuk ke dalamnya.

Wat Chalong

Untuk menuju ke Wat Chalong ini sekitar 20 menit dari phuket town. Transportasi yang bisa digunakan yaitu tuk-tuk atau bisa sewa motor di sekitar area phuket town. Waktu itu kita sewa motor yang banyak disewakan disekitar hotel atau daerah Phuket Town, harga sewa motor per hari nya THB 250 belum termasuk BBM.

Wat Chalong
Wat Chalong
Wat Chalong
Foto dari atas Kuil
Diatas Kuil kita bisa melihat Patung Big Buddha di atas Bukit Nakkerd

Tidak perlu takut untuk tersesat karena kita bisa menggunakan google maps dan melihat petunjuk jalan yang banyak tersebar di jalan raya di Phuket. Petunjuk arah pun sangat jelas mengarahkan kita menuju Wat Chalong. Selain itu petunjuk arah yang berada di jalan raya tertulis dengan 2 macam tulisan Alphabet dan Tulisan cacing, sehingga memudahkan kita untuk menuju kesana.

2. Big Buddha Phuket

Big Buddha Phuket ini merupakan patung Buddha terbesar yang ada di Phuket. Saat itu (November 2014) masih dilakukan pembangunan patung Buddha. Untuk masuk ke area ini tidak di pungut tiket masuk, tetapi kita bisa menyumbang di area toko souvenir yang berada disana dengan membeli lonceng yang bisa kita pasang di area patung ataupun pohon di sekitar jalan masuk menuju Patung Big Buddha.
Untuk menuju Big Buddha ini dekat dengan Wat Chalong, cukup menggunakan google maps dan membaca petunjuk arah ke Big Buddha kita bisa sampai kesana. Dari Wat Chalong kita bisa melihat patung Buddha ini yang berada di atas Bukit Nakkerd. 
Lonceng yang banyak dipasang di Pohon

Setelah konsultasi dengan teman blogger yang sudah pernah ke Phuket dan keliling menggunakan motor, akhirnya kita tidak takut untuk menyewa motor. Tidak usah takut juga dengan gimana SIM Kendaraan bermotor disana, katanya untuk touris asal kita tidak melanggar aturan lalu lintas (helm, rambu-rambu lalu lintas dan sejenisnya) kita tidak mungkin di denda polisi.

Keliling Phuket pakai Motor

3. Phuket Old Town

Apabila kalian ingin berkeliling di Phuket Old Town, sebaiknya kalian mencari penginapan disekitar area Phuket Town. Waktu itu kita memilih 2W Cafe & Hostel. Letak hotel tersebut sangat strategis, dekat dengan pusat keramaian (di sebrang Mall Ocean), dekat dengan Pasar Malam yang menjual banyak jajanan makanan, dan kita bisa menjelajah phuket old town dengan berjalan kaki atau naik motor jaraknya juga dekat.

2W Cafe & Hostel – Dormitory Room
2W Cafe & Hostel – Deluxe Room

Ada beberapa daerah di Phuket Old Town yang kita jelajahi, beberapa diantaranya yaitu :

1. Krabi Road
Terdapat Suriyadare Fountain yang merupakan Landmark Kota Phuket. Ada juga Thai Hua Museum, Blue Elephant Mansion, dan Baan Chinpracha Mansion.

2. Thalang Road
Terdapat Roi Somanee yang merupakan bangunan-bangunan vintage, ada juga kuil Wat Khalang.

3. Phang Nga Road
Terdapat On On Hotel yang dahulunya merupakan tempat shooting Film The Beach

4. Rasada Road
Terdapat Thavorn Museum, Old Mansion.


5. Dibuk Road
Terdapat Wat Puttamongkon dan ada beberapa cafe seperti Pirrera Cafe atau Loktien Restaurant

6. Ranong Road
Terdapat Phuket City Market dan Thai Airways Herritage House

Phuket Old Town
Area Phuket Old Town
On On Hotel di Phuket Old Town


Malam hari dari area 2W Cafe & Hostel kita bisa mencicipi street food yang berada di pasar malam disekitar hotel. Pada hari biasa memang tidak terlalu ramai, tetapi ada banyak sate-satean dan penjual Thai Tea di sekitar pasar malam

Suasana Malam hari di sekitar hotel
Salam dari McD Phuket – Thailand
Pasar Malam menjual macam-macam makanan


Note : 
– Jika ingin menginap di 2W Cafe & Hostel sebaiknya booking melalui Facebook 2W Cafe & Hostel karena harga jauh lebih murah daripada lewat Agoda dan melalui chat dengan staff disana kalian bisa menawar harga jika menginap lebih dari 1 malam 🙂

– Untuk keliling daerah Phuket Town lebih baik menggunakan motor agar waktu lebih bebas dan harga tentunya lebih murah daripada menggunakan tuk-tuk


Big Buddha Phuket
Yot Sane 1, Karon, Phuket Town, Phuket 83100, Thailand
Open Hours : 08.00 am – 07.30 pm

Wat Chalong Temple
Chaofa Road (West) Phuket District, Phuket, Thailand
Open Hours : 08.00 am – 05.00 pm
Email : info@wat-chalong-phuket.com
www.wat-chalong-phuket.com

Tagged : / / / / / / /

Pendakian Pertamaku ke Gunung Gede

Bogor – Wisata gunung, seharusnya menjadi pilihan kesekianku apabila dibandingkan dengan pantai. Pengalaman pertama menikmati keindahan gunung saat saya berkunjung ke Gunung Bromo yang berada di Jawa Timur. Wisata Gunung Bromo bukan merupakan aktivitas mendaki gunung, hanya memandang keindahan Gunung Bromo yang berdiri kokoh diatas awan dan terlihat sangat indah saat sunrise.

Sebagai selingan liburan yang berbeda sekaligus menambah pengalaman akhirnya saya bergabung dengan teman yang ingin mendaki Gunung. Gunung Gede Pangrango, menjadi tempat dimana aku mendapatkan pengalaman pertamaku mendaki gunung sekaligus camping. Dengan bergabung bersama delapan orang lainnya akhirnya kami mendaftar untuk pendakian kami ke Gunung Gede.
Sunset di Puncak Gunung Gede
(backgroundnya Gn.Pangrango)
Awal Pendakian
Pendakian pada sabtu itu, 13 September 2014, ternyata kita bersamaan dengan banyak pendaki lain dan ada acara lomba kebut gunung. Perjalanan menjadi terasa ramai dan menyenangkan karena kita akan selalu bertemu dengan para pendaki lain selama perjalanan.

Baru beberapa saat dari pos pendakian, melewati jalanan bertangga dan belum banyak tanjakan yang berarti, kepala terasa berputar, pandangan mulai kabur, dan wajah mulai memucat. Sempat minta istirahat sebentar sambil menengok kebawah, “Sudah jalan seberapa jauh ya? pengen turun aja ah daripada semakin keatas nanti semakin merepotkan temen lainnya” kataku dalam hati.

“Makan dulu, tadi sudah makan belom?” tanya seorang teman. Akhirnya kita beristirahat sebentar sambil menyantap burger McDonalds yang tadi kita beli. Minum cukup air dan kepala sudah tidak terasa berputar kita akhirnya melanjutkan perjalanan pendakian.
Mendaki gunung tidak hanya dibutuhkan kesiapan fisik sebelum pendakian, tetapi mental juga harus disiapkan untuk mencapai puncak. Jika kita berpikir ingin berenti sebelum sampai puncak maka semangat pun hilang dan itu lebih buruk walaupun sudah menyiapkan fisik sebelum mendaki.
Perjalanan Melewati Jembatan Menuju Puncak Gede
Sesekali sambil beristirahat di perjalanan pendakian, kami bertemu dengan para pendaki lain yaing saling menyemangati.
“Semangat.. Semangat.. 30 meter lagi” Seru pendaki lain yang ternyata baru aku tau diakhir perjalanan, itu hanya kata-kata PHP untuk menyemangati kita menyelesaikan pendakian, padahal masih jauhh.
Sumber air Panas
Melewati jalanan berbatu dan menanjak, jembatan, dan akhirnya kita harus melewati sumber air panas dengan suhu 70 derajat Celcius. Disini kita harus berhati-hati karena jalanannya yang licin dan suhu airnya yang panas.
Saat melangkah melewati jalan yang menanjak, saya hanya menunduk sambil tetap melangkah tanpa melihat keatas karena saya tau mental saya sebenarnya tidak cukup besar untuk mendaki. Selalu ada rasa ingin berenti dan turun lagi menuju pos awal pendakian. Tapi disitulah seni dari pendakian gunung yaitu kita tidak tahu sudah berapa lama kita berjalan, sudah seberapa jauh kita melangkah, dan kita hanya memiliki pilihan untuk melanjutkan perjalanan sampai selesai.
Spot pertama untuk istirahat cukup lama yaitu di Kandang Batu. Disana banyak pendaki yang mulai mendirikan tenda dan ada beberapa dari mereka yang memutar musik dengan speaker sambil memasak.
Kita tidur-tiduran sebentar, makan, dan akhirnya lanjut lagi menuju spot kedua untuk berhenti cukup lama yaitu Kandang Badak.
Istirahat di kandang badak
Dari 9 peserta dalam 1 regu kita, kita di pandu oleh sang Ketua, Harris dan Adit yang sudah lebih pengalaman mendaki gunung. 
Masih lama ni Dit? Pertanyaan yang sama di tiap tanjakan yang melelahkan.
Dan dengan jawaban yang selalu sama, Engga kok dikit lagi tu depan sudah hampir sampai.

Dikit kenapa ga sampai-sampai ya ini? Rasa ngos-ngosan, capek, sudah mulai membuat aku bosan berjalan.
Akhirnya si Ketua memberi semangat kita-kita
bentar lagi sudah sampai puncak, tu liat ke atas, sudah ga kelihatan pohon-pohon, awan terlihat semakin jelas. Berarti kita sudah berada di dataran tertinggi dan akan segera sampai  puncak!

Semakin keatas, medan jalan yang kita lalui semakin curam. Tanjakan yang dilewati juga semakin menguras tenaga. Dengan sisa semangat akhirnya aku dan yang lain tetap berjalan sambil sesekali beristirahat.

Sampai di tikungan terakhir akhirnya kita harus melewati tantangan terakhir yaitu Tanjakan Setan.

Tanjakan ini bikin semangat yang hanya tersisa sedikit seketika habis karena melihat medannya yang curam dan harus menaiki bebatuan dengan bantuan tali yang terikat di ujung pohon di atasnya.
Tanjakan Setan
Tanjakan Setan
Setelah melewati tanjakan setan, akhirnya aroma belerang mulai tercium dari kejauhan. Sudah tidak sabar melihat keindahan puncak Gunung Gede dan akhirnya kita sampai di Puncak bertepatan dengan momen sunset.
Puncak Gede 2958 mdpl

Saat langit mulai menggelap, kita buru-buru foto dengan background Gunung Pangrango dibelakang kita. FYI buat yang belum tau karena aku baru tau setelah di puncak juga. Ternyata Gunung Gede dan Pangrango itu adalah Dua Gunung yang berbeda. Gunung Pangrango sendiri ketinggiannya sekitar 3000an mdpl.

Setelah selesai berfoto-foto, kita bisa melihat pemandangan kota dari Puncak Gunung Gede di Ketinggian 2958 mdpl. Tapi kita tidak lama di Puncak karena perjalanan masih harus berlanjut untuk menuju alun-alun Surya Kencana tempat dimana kita akan mendirikan tenda dan bermalam.

Pemandangan kota dari Puncak Gn. Gede
Sampai di alun-alun surya kencana sekitar pukul 19.30 dan udara di sana sangat dingin. Setelah tenda selesai terpasang, kita semua bersembunyi didalam sleeping bag. Udara malam hari semakin dingin dan kita bersama dalam satu tenda. Sampai akhirnya sekitar pukul 21.30 malam perut mulai lapar akhirnya dengan kedinginan kita memasak bersama sambil menyeduh susu hangat.

Ditengah-tengah kerempongan sambil mengeluarkan bahan makanan untuk dimasak, Vivi mengeluarkan lilin angka 5 dan cupcakes dari dalam tas. Lalu memberikannya untuk aku dan ko Yudi sambil mengucapkan Happy Anniversary, kebetulan beberapa hari sebelum naik gunung kami merayakan anniversary yang ke 5 🙂

Mendaki gunung membutuhkan banyak keperluan untuk dibawa, perjalanan panjang yang melelahkan dan ditengah-tengah dinginnya malam di dalam tenda, bahkan untuk bergerak makan saja badan terasa malas karena dingin di malam itu, tetapi dua temen kita, Vivi dan Harris masih menyempatkan untuk memberikan kejutan kecil untuk kita. I’m so thankful to have you, guys!

Minggu, 14 September 2014

Nasi Uduk . . . Nasi Uduk . . .

Teriakan seorang bapak penjual nasi uduk membangunkan kita di pagi itu. Penjual nasi uduk mulai berkeliling menawarkan nasi uduk pada para pendaki.

Entah kapan si bapak mendaki ke puncak untuk menjajakan dagangannya. Tiba-tiba terbayang rute perjalanan menuju puncak kemarin dengan penuh keluhan capek, lama, dll lalu melihat seorang bapak penjual nasi uduk yang pastinya tidak mungkin beliau tinggal gunung. Membayangkan semangatnya mencari uang dengan berjualan nasi uduk di pagi hari dan harus mendaki gunung.

Setelah kita membeli nasi uduk, kita menikmati pemandangan di alun-alun Surya Kencana karena semalam saat kita sampai sudah terlalu malam.

Suasana di sekitar tenda

Hamparan savana yang luas dengan pemandangan bukit berwarna hijau cerah.
Banyak tenda berwarna – warni yang berdiri menghiasi alun-alun Surya Kencana pagi itu. Setelah berfoto-foto kita menyiapkan bahan yang akan dimasak untuk makan pagi sambil menyeduh susu hangat.

Setelah matahari mulai meninggi kita berberes sebelum melanjutkan perjalanan turun. Masing – masing dari kita membereskan barang bawaan masing-masing sambil membersihkan bekas masak memasak kita. Ingat! sekecil apapun sampah bawaanmu, kamu harus membawanya turun. Selain itu kalian dilarang menggunakan bahan-bahan kimia seperti sabun, shampo, dan sejenisnya di area gunung karena akan mencemari lingkungan alam gunung.

Full Team

Setelah semua siap akhirnya kita melanjutkan perjalanan turun melalui jalur Gunung Putri yang katanya jaraknya lebih pendek.Sebelum perjalanan turun kita melewati bunga-bunga edeilweiss.

Bunga Edelweiss
Hamparan Edelweiss

Sambil sesekali foto di hamparan edelweiss kita melanjutkan perjalanan turun sambil mengabadikan gambar selama perjalanan turun. Perjalanan turun melalui Gunung Putri terasa lebih seru dengan track yang tidak terlalu susah daripada pendakian kemarin.

Jangan tinggalkan sampahmu di gunung, jangan gunakan sabun di gunung, jangan ambil apapun dari gunung. Jadilah pecinta alam bukan sekedar penikmat keindahan alam tanpa berusaha membantu menjaganya!


Notes :

Pendakian ke Gunung Gede harus melalukan registrasi online terlebih dahulu di web resmi

> Website Gunung Gede

Tagged : / / / / / / / /

Semua berbeda karena Air Asia

Perpisahan menjadi sangat berat ketika harus meninggalkan orang-orang yang disayangi dan meninggalkan kota paling nyaman, Jogjakarta. Akhir tahun 2011 saya pergi ke Jakarta untuk bekerja. Jauh dari keluarga, saudara, pacar, teman-teman, dan yang paling berat adalah jauh dari kenyamanan yang bisa didapat dirumah dan tentunya merantau memaksa kita untuk hidup mandiri. Ini bagian dalam hidup yang tidak pernah saya impikan.

Satu tahun pertama, minimal dua bulan sekali saya sisihkan gaji untuk membeli selembar tiket kereta pulang ke Jogja. Berangkat jumat malam sepulang dari kantor dan kembali lagi ke Jakarta minggu malam adalah rutinitas yang paling saya nantikan kala itu. Makluim derita LDR.

Sampai pada pertengahan tahun, sebelum tidur saya mengecheck HP dan ada chat masuk dari teman saya, Dessy.

“Ada tiket promo Air Asia ke Bali lho, mau ga?”

Dan singkat cerita kita mendapatkan tiket Jakarta – Bali dengan harga IDR 400.000++ atau sekitar IDR 500.000 kurang sedikit lah untuk PP Jakarta – Bali per orang.

Tidak pernah terpikirkan untuk berlibur ke tempat lain karena bagi saya lebih senang untuk “mudik” selama setahun pertama di Jakarta. Tapi karena harga untuk berlibur yang ditawarkan Air Asia ini seharga dengan tiket PP saya naik kereta ke Jogja, akhirnya saya membelinya. Yang terpenting bukan kemana tujuannya tapi dengan siapa kamu pergi.

Fly with Air Asia

Perjalanan menyenangkan saya habiskan selama 5 hari 4 malam untuk mengelilingi Pulau Dewata. Dari perjalanan singkat itu membuat saya ketagihan untuk keliling destinasi menarik lainnya dengan Air Asia.

Hello Bali

Setelah perjalanan saya ke Bali bersama teman-teman, saya menjadi lebih rajin mencari tiket promo Air Asia daripada mencari tiket pulang ke Jogja. Bukan karena tidak cinta jogja tapi lebih ingin melihat keindahan Indonesia dari berbagai sisi atau mungkin suatu saat bisa melihat keindahan dunia dari berbagai sudut.

Bagi LDR mungkin pepatah yang paling cocok adalah cintaku berat di ongkos, tapi berkat Air Asia juga selama hampir tiga tahun LDR ini bisa kita jalani dengan menyenangkan karena kita bisa “ketemuan” di luar Jogja dan mengeksplore berbagai tempat indah di Indonesia.

Berkat perjalanan singkat itu saya juga menemukan passion saya. Bahkan dari berbagai perjalanan yang saya lakukan membawa saya untuk menggemari permainan baru saya yaitu menulis blog tentang cerita travelling kita. Blog travelling tidak hanya bermanfaat buat para traveller yang ingin berpergian tanpa tour, tapi dari setiap perjalanan yang kita tulis dalam blog dan dibaca oleh banyak orang, kita bisa mengenalkan banyak tempat indah di Indonesia atau pun tempat lainnya.

Dari travelling saya juga belajar tentang banyak hal, bertemu dengan banyak orang, dan banyak hal-hal menyenangkan yang bisa saya eksplore di luar sana.

Mengingat 3 tahun yang lalu, Sebelum bekerja mungkin sebagai anak yang belum mandiri, belum bisa mencari uang sendiri, liburan kita menjadi terbatas karena hanya menunggu liburan keluarga. Setelah bekerja pun selama satu tahun pertama terasa menjalankan rutinitas yang membosankan walau jika diingat waktu itu, rutinitas semacam itu sudah menjadi hal paling menyenangkan. Tapi berkat Air Asia, semua menjadi lebih berwarna. Semua perjalanan yang saya tulis di blog ini pun berawal dari perjalanan singkat saya ke Bali.

Berharap suatu saat juga bisa menulis buku tentang travelling seperti kak Trinity. Apalagi pekerjaan yang paling menyenangkan kalau bukan hobby yang dibayar? -Ridwan Kamil- *cheers*

Travel is the only thing you buy that makes you richer – unknown

Perjalanan akan selalu menguras tabungan, tapi dari setiap perjalanan mengajarkan kita untuk melihat hal-hal baru. Apabila kita bisa menghemat akomodasi perjalanan, maka kita bisa mengalokasikan untuk mengeksplore tempat yang kita kunjungi. Air Asia dan berbagai tiket promonya telah mensponsori tiap perjalananku. Mulai dari Bali, Singapore dengan harga IDR 500.000 PP, Jakarta – Jogja 200ribuan, ke Phuket dengan harga IDR 800.000 PP.

Sekarang kalian bisa menjawab kan, Maskapai merah yang selalu memanjakan kita dengan tiket promonya?

Kalau maskapai merah yang suka delay apa? *mikir dulu* =D

Happy Travelling and Be a  Responsible Traveller !

Vika Felina

Tagged : / / / / /

Desa Bohe Silian dan Gua Sembat

Maratua – Desa Bohe Silian merupakan Desa Tertua di pulau Maratua. Di pulau maratua memiliki tempat wisata selain pantai, yaitu Gua. Sore hari itu, rasa penasaran menghantarkan kita mengunjungi desa Bohe Silian. Di Desa ini kita ingin mengunjungi gua yang katanya ber-air biru (blue cave).

Perjalanan cukup panjang kita lalui dengan menggunakan speed boat. Perjalanan sore itu menyuguhkan pemandangan alam yang indah. Coral yang bisa kita lihat di permukaan air laut yang bening.
Karang laut dan air yang jernih
Tak perlu bersnorkeling, perjalanan kita menuju Desa Bohe Silian ini kita bisa melihat coral dari permukaan air karena air disini masih sangat jernih. Tetapi boat yang kita tumpangi harus beberapa kali memperlambat laju jalannya agar tidak menabrak karang-karang yang indah ini.
Setelah memarkirkan boat di dermaga, kita melanjutkan perjalanan menuju Gua. Gua itu bernama Gua Sembat. Perjalanan menuju gua ini kita melewati perkampungan penduduk. Penduduk disini sangat ramah dan banyak anak kecil yang mengikuti kita menuju Gua Sembat. Mereka dengan ceria menemani kita sampai ke Gua Sembat.
Suasana Perkampungan Bohe Silian
Perjalanan menuju Gua
Rute ke Gua Sembat
Melewati Jalan Sempit menuju Gua
Perjalanan kita sore itu sebenarnya merupakan perjalanan “nyasar” karena Gua yang kita maksud bukan Gua Sembat di Bohe Silian tetapi Blue Cave di Desa Payung-Payung. Tetapi sebenarnya di Gua sembat ini kita juga bisa loncat terjun seperti di Blue cave, hanya saja waktu itu kita terlalu sore sehingga kita agak takut untuk terjun kebawah karena awan semakin gelap.
Tangga untuk naik ke Gua
Anak – anak yang mengikuti kita merupakan pemandu yang baik. Mereka dengan sukarela mengantar kita hingga sampai ke gua. Mereka juga dengan senang hati meloncat ke gua, untuk meyakinkan kita bahwa gua ini ga berbahaya. 
Tua Punya Cerita with the kids
Karena sore semakin gelap, akhirnya kita memutuskan untuk kembali pulang setelah berfoto-foto dengan anak-anak Desa Bohe Silian. 
Menikmati sunset di perjalanan pulang
Perjalanan menjadi menyenangkan bukan karena kita datang ke tempat yang belum pernah kita kunjungi, bukan hanya soal keindahan tempatnya tapi bagaimana kita bisa mengenal orang-orang baru dan berinteraksi dengan mereka. 

Baca Cerita Lainnya :
Tagged : / / / / / / /

Maratua Punya Gua Biru (Blue Cave)

Payung-Payung – Belum banyak yang tahu tentang Blue Cave di Pulau Maratua. Kebanyakan wisatawan menganggap tempat wisata di Derawan, Kakaban, Sangalaki, dan Maratua hanya seputar pantai dan air laut.

Di desa payung-payung, yang berjarak sekitar 7 km dari penginapan kita, Maratua Paradise Resort, kita bisa menemukan hidden paradise yang belum terjamah banyak pengunjung ini. Beruntung banget kita bisa kesini. Di temani Pak Erwin, pengelola maratua paradise resort, kita menyewa motor untuk pergi ke blue cave ini.

Spot tempat kita melompat

Untuk ke blue cave ini kita harus berjalan melewati hutan belantara yang belum ada jalan setapak atau jembatan kayu seperti di Pulau Kakaban yang memudahkan kita untuk berjalan ke lokasi itu.

Perjalanan menuju gua

Di area ini kita mulai lompat. Kata pak Erwin, kedalaman air disini bisa mencapai 30 m. Dan air nya masih jernih dan super bening.

Ya ampunn loncat lagi ini? kemarin aja udah takut, ini lebih tinggi lohhh, kataku.
Seperti biasa, aku menunggu yang lain loncat dulu untuk memastikan kalau gua ini emang aman.

Video Loncat ke Gua

Sebenarnya di ujung gua ini kalau kita mau berenang bisa tanpa loncat setinggi di spot di video di atas. Tapi karena pergi bareng orang-orang “gila” yang suka memacu adrenalin akhirnya kita loncat dari spot yang tinggi ini.

Perasaan waktu ngeliat giliran temen ngeloncat itu jauh berbeda saat kita berada diujung gua sebelum loncat. Dengan gampangnya kita menyemangati mereka untuk loncat duluan, tapi begitu giliran kita, pertanyaan ini selalu muncul.
Loncat ga ya? eh batal aja deh, serem..

Rasa deg-degan yang menjadi-jadi pas giliranku dan aku sudah mulai berdiri di pinggiran gua. Beberapa kali menengok ke bawah, berdiri, duduk lagi dipinggiran, berdiri lagi, dan semakin ragu kita meloncat, semakin deg-deg an rasanya.
Vi, tadi loncat hidung ditutup ga? kemasukan air ga? Serem ga sihhh? Tanya ku pada Vivi.
Udah loncat aja, seru! kata Vivi memberi semangat.

Lalu pikiran ini mulai muncul, mungkin aku memang takut ketinggian, tapi setelah berdiri di tepi gua ini, pikiran takut menyesal jauh lebih besar daripada takut dengan ketinggian.

Saat meloncat, ak merasa melayang beberapa detik tanpa ada pegangan pengaman, detik-detik sebelum badan ini tenggelam di air, mataku terpejam dannnnn

byuuurrrrrr . . . 

Wooow berhasil!! teriak kegirangan banget karena ternyata seru.  Sempet deg-deg an juga setelah tercebur dan cepat-cepat berusaha berenang ke permukaan air setelah beberapa detik masuk ke air.

Ternyata seru banget! Super Seru! Airnya seger dingin bisa mendinginkan kulit kita yang terbakar karena panasnya matahari di pulau ini. Kita bisa melihat dasar air tanpa menggunakan goggles karena airnya jernih banget.

We Made it !!!

Setelah kita semua loncat dan berendam, kita berenang menuju gua yang berada diujung. Di gua itu air akan terlihat lebih biru karena ada sinar matahari yang menyinari sudut gua.

No Edit, Biru Banget !!

Rasanya puas banget bisa ngerasain loncat di blue cave ini. Wajib banget dicoba buat yang bersinggah ke maratua karena belum banyak yang berkunjung ke blue cave ini.

Setelah naik ke daratan, awan mulai gelap dan sedikit mendung. Saat perjalanan pulang menuju tempat parkir motor kita tadi, hujan mulai mengguyur kita. Tapi itu semua ga bikin kita badmood, karena pengalaman yang tak terlupakan adalah pengalaman yang kita dapat tanpa kita harapkan itu akan terjadi.

Selamat Tinggal Blue Cave
Full Team yey

Disini aku belajar untuk tidak takut dengan ketinggian, bukan berarti nekat ya karena memang tidak berbahaya. Ga perlu lama berpikir, just jump! toh ini bukan ujian hidup yang perlu berpikir lama :))

Satu hal lagi, takut ga membuat kamu menikmati apa yang bisa kamu nikmati. Selagi masih muda, nekad itu ga masalah! karena bermain dengan adrenalin mungkin tidak bisa kita lakukan saat kita tak muda lagi.

Berwisata dengan alam memang serba tidak terprediksi, cuacanya, kondisi alamnya, Nikmatilah apa yang kalian dapat disana. Mengeluh ga membuat cuaca menjadi baik juga, malah akan mengurangi waktu mu menikmati liburan dengan alam.

“Berpetualanglah selagi muda, jangan biarkan tua datang begitu saja, biarkan ia datang membawa cerita”
#TuaPunyaCerita adalah nama dari perjalanan kita.

Note : 

  • Harga sewa motor IDR 100.000 per motor
  • Biaya motor yang digunakan oleh pemandu ditanggung kita.
  • Tarif menyewa motor sudah termasuk biaya bensin

Baca Cerita Lainnya : 
Tagged : / / / / / / / /

Maratua, Laut Biru, dan Bintang-Bintang yang Menghiasinya

Maratua – Pulau yang berjarak 1.5 jam dari pulau derawan ini menjadi terkenal karena keindahan pantai dan villa-villa yang menghiasi area pantai pulau maratua. Berbeda dengan pulau derawan yang lebih banyak penduduk, pulau maratua lebih sepi dan hanya ada 1 penginapan diatas air disana. Selebihnya homestay di rumah penduduk.

Maratua Paradise Resort
Dermaga Memasuki Area Water Villa

Pulau ini hanya ada sinyal dari provider Telkomsel. Listrik tidak 24 jam, tetapi di Maratua Paradise Resort kita tetap bisa menggunakan listrik 24 jam karena mereka memiliki genset. Memang belum banyak pembangunan disini tapi bukan berarti pulau ini tidak maju.

Dengan berbagai keterbatasan ini saya merasa diuntungkan. Sadarkah kita, kadang kurang menikmati liburan karena lebih memprioritaskan ke-eksis-an kita di dunia maya, sibuk dengan gadget masing-masing? Tanpa sinyal internet disini kita jadi lebih menikmati setiap waktu bermain air memikiran, “mau upload dulu dong” atau “mau check – in dulu dong biar eksis” Kemajuan teknologi memang membantu kita memudahkan mencari informasi dan sebagainya tapi efek negatifnya kita menjadi kurang berinteraksi dengan orang disekeliling kita.

Maratua paradise resort merupakan penginapan yang dimiliki oleh orang Malaysia. Di Maratua Paradise Resort ini memiliki 2 pilihan penginapan yaitu

  1. Water Villa ; penginapan villa yang berada di atas air 
  2. Beach Challet ; penginapan yang berada di pinggir pantai

Penginapan di water villa ini terdapat 10 villa di atas air. Setiap tamu disini mendapat fasilitas berupa makan 3x sehari dari pihak resort karena di pulau maratua tidak ada warung kecuali diperkampungan penduduk. Untuk pengunjung yang tidak menginap dan ingin memasuki area water villa ini dikenakan tarif IDR 30.000 per orang.

Water Villa No. 8
Teras di depan Kamar
Area penginapan beach challet ini berada di pinggir pantai yang letaknya di belakang bangunan water villa. ada 5 villa di area beach challet tetapi fasilitas yang di dapatkan tetap sama yaitu makan 3x sehari dari pihak resort.
Area Beach Challet
Villa di area Beach Challet
Siang itu, setelah perjalanan dari pulau kakaban kita sampai di Pulau Maratua. Di sambut oleh Pak Erwin sang pengelola villa, kita diantar ke kamar yang sudah kita pesan. Spot paling diminati disana adalah water villa no. 8 dan 9 karena berada di dekat dermaga. Pagi hari banyak penyu yang berenang ke sekitar dermaga untuk mencari makan.

Kamar di Water Villa
Kamar di Water Villa

Kondisi air laut di siang hari di Pulau maratua ini berbeda dengan menjelang sunset karena siang hari air laut surut. Tapi berbeda saat air mulai memenuhi area pinggir pantai di maratua paradise resort, ikan-ikan ikut berenang menghiasi area dibawah villa-villa penginapan kita.

Water Villa saat air surut di siang hari
Water Villa saat air pasang di sore hari

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, menjelang sore hari setelah sunset, air laut mulai memenuhi area dibawah villa kami. Banyak ikan-ikan yang ikut berenang beriringan dengan air laut yang mulai meninggi di area villa kami.
Kita menjadi bersemangat kembali kekamar untuk memompa pelampung kasur untuk bermain air di area villa.

Memompa pelampung sandal
Petualang Sandal Jepit

Sunset sudah lewat, langit mulai gelap dan kita akan berjalan kepinggir pantai untuk bermain bersama pelampung yang baru saja kita pompa. Jarak antara water villa dengan pinggir pantai (lokasi beach challet) lumayan jauh.

Suasana Langit setelah sunset

“Kita loncat langsung aja dari jembatan ini, ga usah jalan jauh-jauh ke pinggir pantai, toh nanti basah juga” teriak si Harris.
Aku yang memang takut ketinggian, mulai ragu untuk mengikuti ajakannya.
“yang bener aja, tar kalo ketinggian pas loncat kakinya kepentok dasar, seremmm”

Lalu ga lama tanpa ba bi bu akhirnya Byuuuuurrrr . . .  Harris jadi orang pertama diantara kita yang loncat ke air.
Selanjutnya dengan sedikit ragu-ragu yudheng mau meloncat. Tapi loncatannya batal karena ada penyu yang kebetulan berenang dibawah jembatan tempat kita akan loncat.
Byuuuuurrrr . . . suara hempasan air saat yudheng sudah loncat. Dan karena sudah ada 2 orang yang loncat akhirnya aku dan Vivi menyusul dan ternyata serruuuuuu! 

Langit mulai gelap

Awan semakin gelap, ga banyak lampu di area water villa membuat bintang-bintang terlihat lebih bersinar. Sambil tiduran diatas kasur angin, mata ini tak ingin berkedip mengagumi keindahan malam di pulau maratua. 
Air yang tenang di sekitar villa di Pulau Maratua ini, membuat saya ga takut untuk berlama-lama diatas pelampung sambil menikmati bintang menghiasi langit.

Pengalaman ini jarang bisa dirasakan walaupun kita wisata ke pantai karena kondisi ombak dan air laut di masing-masing pantai berbeda. Tetapi di maratua ini airnya sangat tenang dan kita bisa menikmati berlama-lama diatas air tanpa takut terbawa ombak ke tengah.

Setiap menikmati keindahan alam saya selalu berimajinasi. Dan kali ini diatas pelampung air ini, saya berpikir kalau seperti di film-film di shooting dan jarak shotnya semakin lama semakin menjauh, saya ini sedang berada di pulau kecil di ujung kalimantan yang mungkin saja pulaunya tidak terlihat saat peta mulai di zoom out.

“seru juga ya ko” kataku pada yudheng yang mengapung bersandar di pelampungku. Kalau dipikir-pikir lagi ya ko, sekarang ini mungkin temen-temen kantor lagi melewati kemacetan ibu kota untuk pulang ke kos, dan mungkin saudara kita ada yang lagi makan malam diatas meja makan, melakukan rutinitas mereka, dan bahkan pengunjung water villa lainnya mungkin sedang makan malam di area resto water villa.

Sedangkan kita, malem-malem masih main air, tidur diatas pelampung air di pantai yang luas banget dan cuma ada kita berempat yang “aneh-aneh” main air malem hari gini. Ngapain cobaaaa??

“justru itu seru nya tooo” kata yudheng. Kalau liburan biasa-biasa aja ya ga ada ceritanya! kan jarang tu kita lihat bintang-bintang sambil santai-santai main air gini.

Menerbangkan Lampion

Setelah puas memandang bintang dari atas air, kita makan malam dan menerbangkan lampion harapan. Semoga tahun depan kita bisa berpetualang bersama lagi, mengexplore keindahan Indonesia.

Setelah makan malam, kali ini kita menuju dermaga di Turtle Point karena belum puas menikmati langit malam itu di Maratua. Langit jam 11.00 malam itu tetap terang dengan bintang yang bertaburan di langit Maratua.

Dermaga
Talking to the Moon

Lagi-lagi alarm berbunyi pukul 05.00 pagi. Dengan penuh semangat kita bangun menuju dermaga untuk melihat sunrise. Selalu ada alasan untuk bangun pagi, disini, tidak untuk bangun pagi saat berangkat kerja hahaha

Memanfaatkan hari terakhir di pulau maratua ini, kita bermain air lagi di area sekitar villa sebelum air kembali surut. Air terlihat biru indah saat matahari mulai menyinari laut maratua.

Pagi itu kita bermain di pinggir pantai di sekitar area beach challet. Sambil bersantai-santai diatas pelampung air sebelum air kembali surut. Setelah air mulai surut kita menyewa motor ditemani oleh pak erwin, pengelola water villa untuk menuju blue cave di daerah payung-payung di pulau maratua.

Hujan mengguyur Pulau maratua sepulang dari blue cave, Setelah berberes kita menuju resto karena makan siang kita telah siap, sambil menikmati makanan di resto water villa kita menyantap makan siang yang sudah disiapkan. Lalu kita menggendong ransel masing-masing menuju boat untuk kembali ke pulau derawan.

Area resto outdoor

Note : 

  1. Tarif penginapan water villa IDR 770.000 per orang per malam
  2. Tarif beach challet IDR 660.000 per orang per malam
  3. Harga sudah termasuk makan 3x sehari dari Maratua Paradise Resort
Walaupun lebih murah di beach challet, saran saya lebih baik menginap di water villa karena suasana yang ditawarkan jauh berbeda dengan di beach challet. Paling tidak menginap 1 malam saat anda mengunjungi derawan dan maratua.
 
Bila ingin mengisi 1 villa untuk 3 orang, tarif tetap dihitung berdasarkan jumlah orang bukan jumlah kamar yang disewa.


Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / / /

Berenang bareng ubur-ubur Kakaban

Kakaban – Dibalik rimbunnya pohon di Pulau ini, ada danau yang merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya para ubur-ubur yang tidak menyengat. Pengunjung pulau kakaban bisa berenang bebas dengan ubur-ubur didalam danau tersebut.

Gerbang Masuk Danau Kakaban


Siang itu, setelah dari pulau sangalaki kita lanjut menuju pulau kakaban. Jalan menuju danau ini sudah terbuat dari jembatan kayu yang memudahkan pengunjung berjalan sampai ke pinggir danau. Kita harus membayar biaya masuk ke pulau ini sebesar IDR 20.000 per orang.

Ubur-ubur yang paling banyak di danau kakaban ini adalah ubur-ubur yang berwarna oranye ini. tapi ternyata didalam danau ini ada jenis ubur-ubur lain yang berwarna bening dan di bagian tengahnya berwarna biru. Sayangnya ubur-ubur bening ini susah terlihat dari hasil foto yang saya ambil.

ubur-ubur berwarna bening

Pengalaman menyenangkan di kakaban karena baru pertama kali snorkeling dengan banyak ubur-ubur yang lucu dan menyerupai jelly saat disentuh. Ubur-ubur ini sama sekali ga berbahaya untuk didekati bahkan kita pegang.

Setelah puas berenang bersama ubur-ubur dan puas berfoto-foto, kita berjalan keluar menuju gerbang masuk Pulau Kakaban. Disana ada warung penjual kelapa muda. Sambil santai melihat deburan ombak, kami menikmati kelapa muda segar.

Foto di dermaga pulau kakaban
Perjalanan menuju Maratua

Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / /

Mencari Manta dan Tukik di Pulau Sangalaki

Sangalaki – Pulau sangalaki ini terkenal sebagai tempat habitat para ikan manta, ikan yang bentuknya menyerupai ikan pari. Katanya, ikan yang berwarna hitam ini lebarnya mencapai 2 meter.

Sayangnya siang itu kita kurang beruntung karena tidak menemukan satu pun ikan manta yang menari di dalam air. Memang kata penduduk disana, akhir-akhir itu agak susah menemukan ikan manta. Atau jika lebih pagi datang mungkin saja bisa melihat ikan manta karena plankton yang merupakan makanan ikan manta hanya ada di pagi hari.

Setelah menunggu beberapa menit, mencari spot yang ada ikan manta, kita tetap tidak melihat manta menampakkan wajahnya. Akhirnya kita memarkirkan boat di pinggir pantai di Pulau Sangalaki ini. Di dalam pulau ini ada tempat untuk melestarikan tukik. Tukik adalah anak penyu sebelum di lepas ke laut.

Tukik Tukik Imut

Biasanya tukik di lepas ke laut pada malam hari. Jadi siang itu kita cuma bisa berfoto-foto melihat tukik dari kotak penangkarannya. Air laut di pulau sangalaki ini bersih berwarna biru. Lebih bersih daripada pantai di pulau derawan. Mungkin karena derawan lebih padat penginapan dan pengunjung jadi sampah-sampah mulai mengotori pulau derawan.

Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / / / / /

Petualangan Backpacker ke Pulau Derawan

Derawan – Libur long weekend jadi hari paling di nanti para pencari nafkah. Kepenatan di ibu kota membuat saya ingin mencari tempat liburan dengan suasana yang santai dan tenang. Pantai selalu menjadi pilihan tepat menurut saya. Ga banyak orang yang suka wisata alam, tapi ga sedikit juga para penikmat keindahan alam.

Permasalahan selanjutnya adalah memilih partner berlibur yang sama-sama pecinta alam. Akhirnya saya menemukan partner temen kantor, Vivi dan pacarnya, Harris. Kita memang ga pernah berlibur bareng. Bahkan yudheng baru berkenalan dengan Harris di Bandara sebelum keberangkatan. But, they’re really a nice partner for holiday.

Akhirnya saya memilih tanggal 15 Mei 2014 kemarin untuk berlibur ke derawan selama 4 hari 3 malam. Derawan adalah pulau kecil yang berada di Kalimantan Timur tepatnya di kabupaten Berau. Banyak yang mengganggap ke Derawan itu susah dan banyak yang menggunakan jasa tour, padahal pergi tanpa tour akan terasa lebih santai dan menyenangkan karena kita tidak terburu-buru waktu.

Sari Cottage Derawan

Perjalanan Menuju Derawan via Berau

Untuk para backpacker, cara paling mudah dan terjangkau adalah melalui Berau. Perjalanan dimulai dari penerbangan CGK – BPN. Di bandara Sepinggan, Balikpapan kita transit untuk lanjut penerbangan menuju berau.

Bandara Udara Sepinggan Balikpapan

Kami sampai di sepinggan pukul 08.00 pagi, masih ada banyak waktu untuk melanjutkan penerbangan selanjutnya. Lalu kami keluar bandara dan mencari taksi untuk mencicipi kuliner di kota balikpapan. Kami akhirnya memilih Kepiting Dandito. Lokasinya ada 2, di bandara dan di area luar sekitar bandara. Kepiting dengan ukuran besar disajikan dengan saos lada hitam yang enak banget!

Restoran Dandito
Kepiting Lada Hitam

Setelah makan pagi, Kita melanjutkan penerbangan selanjutnya dengan pesawat perintis, Kalstar. Pesawat kecil ini muat untuk sekitar 50 an penumpang. Perjalanan Balikpapan ke Berau ditempuh dalam waktu 1 jam penerbangan.

Kalstar
Bandar Udara Kalimarau

Sesampainya di Bandar Udara Kalimarau, Berau (Tanjung Redeb). Kita sudah dijemput oleh Pak Ilham, supir yang akan mengantar kita ke Pelabuhan di Tanjung Batu. Jarak perjalanannya sekitar 2 – 3 jam perjalanan. Sambil mengendarai mobil, pak ilham bercerita mengenai suku dayak dan suku bugis. Beliau bercerita masyarakat sekitar masih mempercayai ilmu-ilmu gaib.

Sesampainya di Pelabuhan Tanjung Batu, kita akan menempuh jalur laut dengan menyebrang selama 30 menit atau sekitar 1 jam (tergantung kondisi cuaca dan ombak) untuk sampai di Pulau Derawan.

Bagi para solo backpacker, jika melalui Berau (Tanjung Redeb) kalian bisa menggunakan angkutan umum taksi (mobil avanza) yang akan berangkat ke Tanjung Batu apabila penumpang sudah penuh. Biaya per orangnya IDR 70.000 dan boat yang digunakan untuk menyebrang ke pulau derawan ini juga ada yang umum, dengan tarif  IDR 50.000 – 70.000 per orang,  berbeda saat ke derawan via tarakan, tidak ada boat umum yang mengantar kita menyebrang ke pulau derawan.

Pilihan hari pertama menginap kita di Sari Cottage, penginapan sederhana di atas air. Tarif per malam nya IDR 300.000 sudah termasuk kamar mandi dalam n AC.

Sari Cottage
Sari Cottage
Balkon di kamar Sari Cottage

Derawan ini sudah cukup maju. Di area perkampungan di pulau derawan ada banyak warung dan tempat makan. Penginapan pun banyak ditawarkan di pulau derawan, mulai dari yang diatas air, resort, atau homestay. Tak perlu bingung mencari makan malam disana karena warung makan banyak ditemui. Untuk sinyal telepon selular cuma ada Telkomsel, XL, M3. Tapi listriknya sudah 24 jam full.

Pagi hari kita bisa melihat sunrise di dermaga penginapan, atau yang malas keluar kamar bisa nongkrong aja di teras kamar sambil melihat penyu-penyu berenang.

Setelah menikmati sunrise di dermaga Sari Cottage, kita bersiap-siap check out dan breakfast. Jam 08.00 pagi, boat yang kita sewa menjemput kita di depan dermaga kamar kita. Hari itu kita akan melanjutkan perjalanan untuk hopping island di pulau-pulau lain disekitar derawan (Pulau Kakaban, Sangalaki, dan Maratua) dan di hari ke dua ini kita menginap di Water Villa, Pulau Maratua.

Hari ke 3 di Pulau Derawan

Di hari ke 3 kami pulang kembali ke pulau derawan setelah menginap satu hari di water villa di Pulau Maratua. Perjalanan dari Pulau Maratua menuju Pulau Derawan ditempuh dalam waktu 1.5 jam. Disaat sudah mati gaya bosan duduk lama di boat, ada segerombolan lumba-lumba yang memecahkan keheningan kita. Lumba-lumba dalam jumlah banyak meloncat-loncat di samping boat kita.

Hari ke tiga di pulau derawan, kita menginap di Reza & Dira Cottage, penginapan diatas air ini tarifnya IDR 400.000 per malamnya. Sesampainya di dermaga ada beberapa orang yang sedang memotret penyu-penyu yang berenang di bawah dermaga penginapan kita.

Reza & Dira Cottage
Kamar Reza & Dira Cottage

Sambil ngobrol ngalor-ngidul akhirnya kita berkenalan dengan mereka. Mereka juga bercerita tidak beruntung bertemu ikan manta saat ke Pulau Sangalaki. Si bapak yang hitam dan terlihat ndeso ini pergi ke derawan untuk mengantar temannya dari Belanda bersama istri dan keponakannya. Mereka semua ramah dan sederhana.

“Besok pulangnya lewat mana?” tanya si bapak.
“Transit dulu pak di balikpapan” jawab kita.
“Wahh kalau mampir balikpapan mampir ya ke warung saya”
“Dimana pak?”
“Namanya Dandito”
Lalu spontan kita menjawab “Ohhhhh Danditoo, kemarin kita juga mampir disana”

Senang bisa bertemu banyak orang yang ramah saat travelling. Dari mereka kita bisa belajar hal baru, berbagi pengalaman, bertukar pikiran. Sebagai kenang-kenangan kita berfoto bersama.. Taraaa . . . .

Empat hari yang super komplit karena banyak pengalaman yang kita dapat dari Derawan. Liburan kali ini memaksa saya untuk rajin bangun pagi tanpa berat hati seperti hari-hari biasa saat bangun untuk berangkat ke kantor haha

Dan di hari terakhir ini, saya ga mau melewatkan sunrise terakhir kita di derawan. Alarm jam 05.00 pagi berbunyi langsung tanpa bermalas-malasan saya berjalan menuju dermaga untuk menanti sunrise. Menanti matahari yang mulai tersenyum di ujung timur dibalik segerombolan awan.

Last sunrise

Setelah packing, kita keliling pulau dengan menyewa sepeda. Tarif menyewa sepeda IDR 50.000 untuk 2 jam atau jika single hanya IDR 20.000 per jam. Disana kita juga ditemani oleh anak-anak dari pulau derawan dan diantar keliling pulau.

Foto bareng Oyo
Boat yang menjemput kita 

Perjalanan akan menjadi menyenangkan saat kita mau mencoba hal-hal baru diluar sana! Maratua juga punya cerita yang ga kalah seru nya! cekidot 🙂

Note : 

Keberangkatan Menuju Derawan via Berau :

  1. Penerbangan dari Jakarta menuju Balikpapan ( 1 jam 45 menit penerbangan )
  2. Dari Balikpapan menuju Berau (Tanjung Redeb), ditempuh 1 jam penerbangan
  3. Berau (Tanjung Redeb) via darat menuju Tanjung Batu, 2 – 3 jam perjalanan
  4. Tanjung Batu – Pulau derawan dengan speed boat, 30 menit – 1 jam perjalanan

Tarif Angkutan Umum :

  1. Tarif Mobil dari Tanjung Redeb – Tanjung Batu IDR 70.000 per orang
  2. Tarif speed boat dari Tanjung Batu – Pulau Derawan IDR 50.000 per orang
  3. Tarif sewa speed boat hopping island Derawan – Kakaban – Sangalaki – Maratua IDR 1.500.000 per hari
Waktu itu, kita menggunakan jasa dari 1 orang untuk sewa mobil, menyebrang dengan boat, dan sewa boat hopping island di kakaban, sangalaki, dan maratua kita mendapat harga IDR 2.800.000 all in untuk antar jemput dengan mobil, antar jemput menyebrang ke pulau derawan, dan hopping island.

Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / / /