Desa Bohe Silian dan Gua Sembat

Maratua – Desa Bohe Silian merupakan Desa Tertua di pulau Maratua. Di pulau maratua memiliki tempat wisata selain pantai, yaitu Gua. Sore hari itu, rasa penasaran menghantarkan kita mengunjungi desa Bohe Silian. Di Desa ini kita ingin mengunjungi gua yang katanya ber-air biru (blue cave).

Perjalanan cukup panjang kita lalui dengan menggunakan speed boat. Perjalanan sore itu menyuguhkan pemandangan alam yang indah. Coral yang bisa kita lihat di permukaan air laut yang bening.
Karang laut dan air yang jernih
Tak perlu bersnorkeling, perjalanan kita menuju Desa Bohe Silian ini kita bisa melihat coral dari permukaan air karena air disini masih sangat jernih. Tetapi boat yang kita tumpangi harus beberapa kali memperlambat laju jalannya agar tidak menabrak karang-karang yang indah ini.
Setelah memarkirkan boat di dermaga, kita melanjutkan perjalanan menuju Gua. Gua itu bernama Gua Sembat. Perjalanan menuju gua ini kita melewati perkampungan penduduk. Penduduk disini sangat ramah dan banyak anak kecil yang mengikuti kita menuju Gua Sembat. Mereka dengan ceria menemani kita sampai ke Gua Sembat.
Suasana Perkampungan Bohe Silian
Perjalanan menuju Gua
Rute ke Gua Sembat
Melewati Jalan Sempit menuju Gua
Perjalanan kita sore itu sebenarnya merupakan perjalanan “nyasar” karena Gua yang kita maksud bukan Gua Sembat di Bohe Silian tetapi Blue Cave di Desa Payung-Payung. Tetapi sebenarnya di Gua sembat ini kita juga bisa loncat terjun seperti di Blue cave, hanya saja waktu itu kita terlalu sore sehingga kita agak takut untuk terjun kebawah karena awan semakin gelap.
Tangga untuk naik ke Gua
Anak – anak yang mengikuti kita merupakan pemandu yang baik. Mereka dengan sukarela mengantar kita hingga sampai ke gua. Mereka juga dengan senang hati meloncat ke gua, untuk meyakinkan kita bahwa gua ini ga berbahaya. 
Tua Punya Cerita with the kids
Karena sore semakin gelap, akhirnya kita memutuskan untuk kembali pulang setelah berfoto-foto dengan anak-anak Desa Bohe Silian. 
Menikmati sunset di perjalanan pulang
Perjalanan menjadi menyenangkan bukan karena kita datang ke tempat yang belum pernah kita kunjungi, bukan hanya soal keindahan tempatnya tapi bagaimana kita bisa mengenal orang-orang baru dan berinteraksi dengan mereka. 

Baca Cerita Lainnya :
Tagged : / / / / / / /

Maratua Punya Gua Biru (Blue Cave)

Payung-Payung – Belum banyak yang tahu tentang Blue Cave di Pulau Maratua. Kebanyakan wisatawan menganggap tempat wisata di Derawan, Kakaban, Sangalaki, dan Maratua hanya seputar pantai dan air laut.

Di desa payung-payung, yang berjarak sekitar 7 km dari penginapan kita, Maratua Paradise Resort, kita bisa menemukan hidden paradise yang belum terjamah banyak pengunjung ini. Beruntung banget kita bisa kesini. Di temani Pak Erwin, pengelola maratua paradise resort, kita menyewa motor untuk pergi ke blue cave ini.

Spot tempat kita melompat

Untuk ke blue cave ini kita harus berjalan melewati hutan belantara yang belum ada jalan setapak atau jembatan kayu seperti di Pulau Kakaban yang memudahkan kita untuk berjalan ke lokasi itu.

Perjalanan menuju gua

Di area ini kita mulai lompat. Kata pak Erwin, kedalaman air disini bisa mencapai 30 m. Dan air nya masih jernih dan super bening.

Ya ampunn loncat lagi ini? kemarin aja udah takut, ini lebih tinggi lohhh, kataku.
Seperti biasa, aku menunggu yang lain loncat dulu untuk memastikan kalau gua ini emang aman.

Video Loncat ke Gua

Sebenarnya di ujung gua ini kalau kita mau berenang bisa tanpa loncat setinggi di spot di video di atas. Tapi karena pergi bareng orang-orang “gila” yang suka memacu adrenalin akhirnya kita loncat dari spot yang tinggi ini.

Perasaan waktu ngeliat giliran temen ngeloncat itu jauh berbeda saat kita berada diujung gua sebelum loncat. Dengan gampangnya kita menyemangati mereka untuk loncat duluan, tapi begitu giliran kita, pertanyaan ini selalu muncul.
Loncat ga ya? eh batal aja deh, serem..

Rasa deg-degan yang menjadi-jadi pas giliranku dan aku sudah mulai berdiri di pinggiran gua. Beberapa kali menengok ke bawah, berdiri, duduk lagi dipinggiran, berdiri lagi, dan semakin ragu kita meloncat, semakin deg-deg an rasanya.
Vi, tadi loncat hidung ditutup ga? kemasukan air ga? Serem ga sihhh? Tanya ku pada Vivi.
Udah loncat aja, seru! kata Vivi memberi semangat.

Lalu pikiran ini mulai muncul, mungkin aku memang takut ketinggian, tapi setelah berdiri di tepi gua ini, pikiran takut menyesal jauh lebih besar daripada takut dengan ketinggian.

Saat meloncat, ak merasa melayang beberapa detik tanpa ada pegangan pengaman, detik-detik sebelum badan ini tenggelam di air, mataku terpejam dannnnn

byuuurrrrrr . . . 

Wooow berhasil!! teriak kegirangan banget karena ternyata seru.  Sempet deg-deg an juga setelah tercebur dan cepat-cepat berusaha berenang ke permukaan air setelah beberapa detik masuk ke air.

Ternyata seru banget! Super Seru! Airnya seger dingin bisa mendinginkan kulit kita yang terbakar karena panasnya matahari di pulau ini. Kita bisa melihat dasar air tanpa menggunakan goggles karena airnya jernih banget.

We Made it !!!

Setelah kita semua loncat dan berendam, kita berenang menuju gua yang berada diujung. Di gua itu air akan terlihat lebih biru karena ada sinar matahari yang menyinari sudut gua.

No Edit, Biru Banget !!

Rasanya puas banget bisa ngerasain loncat di blue cave ini. Wajib banget dicoba buat yang bersinggah ke maratua karena belum banyak yang berkunjung ke blue cave ini.

Setelah naik ke daratan, awan mulai gelap dan sedikit mendung. Saat perjalanan pulang menuju tempat parkir motor kita tadi, hujan mulai mengguyur kita. Tapi itu semua ga bikin kita badmood, karena pengalaman yang tak terlupakan adalah pengalaman yang kita dapat tanpa kita harapkan itu akan terjadi.

Selamat Tinggal Blue Cave
Full Team yey

Disini aku belajar untuk tidak takut dengan ketinggian, bukan berarti nekat ya karena memang tidak berbahaya. Ga perlu lama berpikir, just jump! toh ini bukan ujian hidup yang perlu berpikir lama :))

Satu hal lagi, takut ga membuat kamu menikmati apa yang bisa kamu nikmati. Selagi masih muda, nekad itu ga masalah! karena bermain dengan adrenalin mungkin tidak bisa kita lakukan saat kita tak muda lagi.

Berwisata dengan alam memang serba tidak terprediksi, cuacanya, kondisi alamnya, Nikmatilah apa yang kalian dapat disana. Mengeluh ga membuat cuaca menjadi baik juga, malah akan mengurangi waktu mu menikmati liburan dengan alam.

“Berpetualanglah selagi muda, jangan biarkan tua datang begitu saja, biarkan ia datang membawa cerita”
#TuaPunyaCerita adalah nama dari perjalanan kita.

Note : 

  • Harga sewa motor IDR 100.000 per motor
  • Biaya motor yang digunakan oleh pemandu ditanggung kita.
  • Tarif menyewa motor sudah termasuk biaya bensin

Baca Cerita Lainnya : 
Tagged : / / / / / / / /

Maratua, Laut Biru, dan Bintang-Bintang yang Menghiasinya

Maratua – Pulau yang berjarak 1.5 jam dari pulau derawan ini menjadi terkenal karena keindahan pantai dan villa-villa yang menghiasi area pantai pulau maratua. Berbeda dengan pulau derawan yang lebih banyak penduduk, pulau maratua lebih sepi dan hanya ada 1 penginapan diatas air disana. Selebihnya homestay di rumah penduduk.

Maratua Paradise Resort
Dermaga Memasuki Area Water Villa

Pulau ini hanya ada sinyal dari provider Telkomsel. Listrik tidak 24 jam, tetapi di Maratua Paradise Resort kita tetap bisa menggunakan listrik 24 jam karena mereka memiliki genset. Memang belum banyak pembangunan disini tapi bukan berarti pulau ini tidak maju.

Dengan berbagai keterbatasan ini saya merasa diuntungkan. Sadarkah kita, kadang kurang menikmati liburan karena lebih memprioritaskan ke-eksis-an kita di dunia maya, sibuk dengan gadget masing-masing? Tanpa sinyal internet disini kita jadi lebih menikmati setiap waktu bermain air memikiran, “mau upload dulu dong” atau “mau check – in dulu dong biar eksis” Kemajuan teknologi memang membantu kita memudahkan mencari informasi dan sebagainya tapi efek negatifnya kita menjadi kurang berinteraksi dengan orang disekeliling kita.

Maratua paradise resort merupakan penginapan yang dimiliki oleh orang Malaysia. Di Maratua Paradise Resort ini memiliki 2 pilihan penginapan yaitu

  1. Water Villa ; penginapan villa yang berada di atas air 
  2. Beach Challet ; penginapan yang berada di pinggir pantai

Penginapan di water villa ini terdapat 10 villa di atas air. Setiap tamu disini mendapat fasilitas berupa makan 3x sehari dari pihak resort karena di pulau maratua tidak ada warung kecuali diperkampungan penduduk. Untuk pengunjung yang tidak menginap dan ingin memasuki area water villa ini dikenakan tarif IDR 30.000 per orang.

Water Villa No. 8
Teras di depan Kamar
Area penginapan beach challet ini berada di pinggir pantai yang letaknya di belakang bangunan water villa. ada 5 villa di area beach challet tetapi fasilitas yang di dapatkan tetap sama yaitu makan 3x sehari dari pihak resort.
Area Beach Challet
Villa di area Beach Challet
Siang itu, setelah perjalanan dari pulau kakaban kita sampai di Pulau Maratua. Di sambut oleh Pak Erwin sang pengelola villa, kita diantar ke kamar yang sudah kita pesan. Spot paling diminati disana adalah water villa no. 8 dan 9 karena berada di dekat dermaga. Pagi hari banyak penyu yang berenang ke sekitar dermaga untuk mencari makan.

Kamar di Water Villa
Kamar di Water Villa

Kondisi air laut di siang hari di Pulau maratua ini berbeda dengan menjelang sunset karena siang hari air laut surut. Tapi berbeda saat air mulai memenuhi area pinggir pantai di maratua paradise resort, ikan-ikan ikut berenang menghiasi area dibawah villa-villa penginapan kita.

Water Villa saat air surut di siang hari
Water Villa saat air pasang di sore hari

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, menjelang sore hari setelah sunset, air laut mulai memenuhi area dibawah villa kami. Banyak ikan-ikan yang ikut berenang beriringan dengan air laut yang mulai meninggi di area villa kami.
Kita menjadi bersemangat kembali kekamar untuk memompa pelampung kasur untuk bermain air di area villa.

Memompa pelampung sandal
Petualang Sandal Jepit

Sunset sudah lewat, langit mulai gelap dan kita akan berjalan kepinggir pantai untuk bermain bersama pelampung yang baru saja kita pompa. Jarak antara water villa dengan pinggir pantai (lokasi beach challet) lumayan jauh.

Suasana Langit setelah sunset

“Kita loncat langsung aja dari jembatan ini, ga usah jalan jauh-jauh ke pinggir pantai, toh nanti basah juga” teriak si Harris.
Aku yang memang takut ketinggian, mulai ragu untuk mengikuti ajakannya.
“yang bener aja, tar kalo ketinggian pas loncat kakinya kepentok dasar, seremmm”

Lalu ga lama tanpa ba bi bu akhirnya Byuuuuurrrr . . .  Harris jadi orang pertama diantara kita yang loncat ke air.
Selanjutnya dengan sedikit ragu-ragu yudheng mau meloncat. Tapi loncatannya batal karena ada penyu yang kebetulan berenang dibawah jembatan tempat kita akan loncat.
Byuuuuurrrr . . . suara hempasan air saat yudheng sudah loncat. Dan karena sudah ada 2 orang yang loncat akhirnya aku dan Vivi menyusul dan ternyata serruuuuuu! 

Langit mulai gelap

Awan semakin gelap, ga banyak lampu di area water villa membuat bintang-bintang terlihat lebih bersinar. Sambil tiduran diatas kasur angin, mata ini tak ingin berkedip mengagumi keindahan malam di pulau maratua. 
Air yang tenang di sekitar villa di Pulau Maratua ini, membuat saya ga takut untuk berlama-lama diatas pelampung sambil menikmati bintang menghiasi langit.

Pengalaman ini jarang bisa dirasakan walaupun kita wisata ke pantai karena kondisi ombak dan air laut di masing-masing pantai berbeda. Tetapi di maratua ini airnya sangat tenang dan kita bisa menikmati berlama-lama diatas air tanpa takut terbawa ombak ke tengah.

Setiap menikmati keindahan alam saya selalu berimajinasi. Dan kali ini diatas pelampung air ini, saya berpikir kalau seperti di film-film di shooting dan jarak shotnya semakin lama semakin menjauh, saya ini sedang berada di pulau kecil di ujung kalimantan yang mungkin saja pulaunya tidak terlihat saat peta mulai di zoom out.

“seru juga ya ko” kataku pada yudheng yang mengapung bersandar di pelampungku. Kalau dipikir-pikir lagi ya ko, sekarang ini mungkin temen-temen kantor lagi melewati kemacetan ibu kota untuk pulang ke kos, dan mungkin saudara kita ada yang lagi makan malam diatas meja makan, melakukan rutinitas mereka, dan bahkan pengunjung water villa lainnya mungkin sedang makan malam di area resto water villa.

Sedangkan kita, malem-malem masih main air, tidur diatas pelampung air di pantai yang luas banget dan cuma ada kita berempat yang “aneh-aneh” main air malem hari gini. Ngapain cobaaaa??

“justru itu seru nya tooo” kata yudheng. Kalau liburan biasa-biasa aja ya ga ada ceritanya! kan jarang tu kita lihat bintang-bintang sambil santai-santai main air gini.

Menerbangkan Lampion

Setelah puas memandang bintang dari atas air, kita makan malam dan menerbangkan lampion harapan. Semoga tahun depan kita bisa berpetualang bersama lagi, mengexplore keindahan Indonesia.

Setelah makan malam, kali ini kita menuju dermaga di Turtle Point karena belum puas menikmati langit malam itu di Maratua. Langit jam 11.00 malam itu tetap terang dengan bintang yang bertaburan di langit Maratua.

Dermaga
Talking to the Moon

Lagi-lagi alarm berbunyi pukul 05.00 pagi. Dengan penuh semangat kita bangun menuju dermaga untuk melihat sunrise. Selalu ada alasan untuk bangun pagi, disini, tidak untuk bangun pagi saat berangkat kerja hahaha

Memanfaatkan hari terakhir di pulau maratua ini, kita bermain air lagi di area sekitar villa sebelum air kembali surut. Air terlihat biru indah saat matahari mulai menyinari laut maratua.

Pagi itu kita bermain di pinggir pantai di sekitar area beach challet. Sambil bersantai-santai diatas pelampung air sebelum air kembali surut. Setelah air mulai surut kita menyewa motor ditemani oleh pak erwin, pengelola water villa untuk menuju blue cave di daerah payung-payung di pulau maratua.

Hujan mengguyur Pulau maratua sepulang dari blue cave, Setelah berberes kita menuju resto karena makan siang kita telah siap, sambil menikmati makanan di resto water villa kita menyantap makan siang yang sudah disiapkan. Lalu kita menggendong ransel masing-masing menuju boat untuk kembali ke pulau derawan.

Area resto outdoor

Note : 

  1. Tarif penginapan water villa IDR 770.000 per orang per malam
  2. Tarif beach challet IDR 660.000 per orang per malam
  3. Harga sudah termasuk makan 3x sehari dari Maratua Paradise Resort
Walaupun lebih murah di beach challet, saran saya lebih baik menginap di water villa karena suasana yang ditawarkan jauh berbeda dengan di beach challet. Paling tidak menginap 1 malam saat anda mengunjungi derawan dan maratua.
 
Bila ingin mengisi 1 villa untuk 3 orang, tarif tetap dihitung berdasarkan jumlah orang bukan jumlah kamar yang disewa.


Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / / /

Berenang bareng ubur-ubur Kakaban

Kakaban – Dibalik rimbunnya pohon di Pulau ini, ada danau yang merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya para ubur-ubur yang tidak menyengat. Pengunjung pulau kakaban bisa berenang bebas dengan ubur-ubur didalam danau tersebut.

Gerbang Masuk Danau Kakaban


Siang itu, setelah dari pulau sangalaki kita lanjut menuju pulau kakaban. Jalan menuju danau ini sudah terbuat dari jembatan kayu yang memudahkan pengunjung berjalan sampai ke pinggir danau. Kita harus membayar biaya masuk ke pulau ini sebesar IDR 20.000 per orang.

Ubur-ubur yang paling banyak di danau kakaban ini adalah ubur-ubur yang berwarna oranye ini. tapi ternyata didalam danau ini ada jenis ubur-ubur lain yang berwarna bening dan di bagian tengahnya berwarna biru. Sayangnya ubur-ubur bening ini susah terlihat dari hasil foto yang saya ambil.

ubur-ubur berwarna bening

Pengalaman menyenangkan di kakaban karena baru pertama kali snorkeling dengan banyak ubur-ubur yang lucu dan menyerupai jelly saat disentuh. Ubur-ubur ini sama sekali ga berbahaya untuk didekati bahkan kita pegang.

Setelah puas berenang bersama ubur-ubur dan puas berfoto-foto, kita berjalan keluar menuju gerbang masuk Pulau Kakaban. Disana ada warung penjual kelapa muda. Sambil santai melihat deburan ombak, kami menikmati kelapa muda segar.

Foto di dermaga pulau kakaban
Perjalanan menuju Maratua

Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / /

Mencari Manta dan Tukik di Pulau Sangalaki

Sangalaki – Pulau sangalaki ini terkenal sebagai tempat habitat para ikan manta, ikan yang bentuknya menyerupai ikan pari. Katanya, ikan yang berwarna hitam ini lebarnya mencapai 2 meter.

Sayangnya siang itu kita kurang beruntung karena tidak menemukan satu pun ikan manta yang menari di dalam air. Memang kata penduduk disana, akhir-akhir itu agak susah menemukan ikan manta. Atau jika lebih pagi datang mungkin saja bisa melihat ikan manta karena plankton yang merupakan makanan ikan manta hanya ada di pagi hari.

Setelah menunggu beberapa menit, mencari spot yang ada ikan manta, kita tetap tidak melihat manta menampakkan wajahnya. Akhirnya kita memarkirkan boat di pinggir pantai di Pulau Sangalaki ini. Di dalam pulau ini ada tempat untuk melestarikan tukik. Tukik adalah anak penyu sebelum di lepas ke laut.

Tukik Tukik Imut

Biasanya tukik di lepas ke laut pada malam hari. Jadi siang itu kita cuma bisa berfoto-foto melihat tukik dari kotak penangkarannya. Air laut di pulau sangalaki ini bersih berwarna biru. Lebih bersih daripada pantai di pulau derawan. Mungkin karena derawan lebih padat penginapan dan pengunjung jadi sampah-sampah mulai mengotori pulau derawan.

Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / / / / /

Petualangan Backpacker ke Pulau Derawan

Derawan – Libur long weekend jadi hari paling di nanti para pencari nafkah. Kepenatan di ibu kota membuat saya ingin mencari tempat liburan dengan suasana yang santai dan tenang. Pantai selalu menjadi pilihan tepat menurut saya. Ga banyak orang yang suka wisata alam, tapi ga sedikit juga para penikmat keindahan alam.

Permasalahan selanjutnya adalah memilih partner berlibur yang sama-sama pecinta alam. Akhirnya saya menemukan partner temen kantor, Vivi dan pacarnya, Harris. Kita memang ga pernah berlibur bareng. Bahkan yudheng baru berkenalan dengan Harris di Bandara sebelum keberangkatan. But, they’re really a nice partner for holiday.

Akhirnya saya memilih tanggal 15 Mei 2014 kemarin untuk berlibur ke derawan selama 4 hari 3 malam. Derawan adalah pulau kecil yang berada di Kalimantan Timur tepatnya di kabupaten Berau. Banyak yang mengganggap ke Derawan itu susah dan banyak yang menggunakan jasa tour, padahal pergi tanpa tour akan terasa lebih santai dan menyenangkan karena kita tidak terburu-buru waktu.

Sari Cottage Derawan

Perjalanan Menuju Derawan via Berau

Untuk para backpacker, cara paling mudah dan terjangkau adalah melalui Berau. Perjalanan dimulai dari penerbangan CGK – BPN. Di bandara Sepinggan, Balikpapan kita transit untuk lanjut penerbangan menuju berau.

Bandara Udara Sepinggan Balikpapan

Kami sampai di sepinggan pukul 08.00 pagi, masih ada banyak waktu untuk melanjutkan penerbangan selanjutnya. Lalu kami keluar bandara dan mencari taksi untuk mencicipi kuliner di kota balikpapan. Kami akhirnya memilih Kepiting Dandito. Lokasinya ada 2, di bandara dan di area luar sekitar bandara. Kepiting dengan ukuran besar disajikan dengan saos lada hitam yang enak banget!

Restoran Dandito
Kepiting Lada Hitam

Setelah makan pagi, Kita melanjutkan penerbangan selanjutnya dengan pesawat perintis, Kalstar. Pesawat kecil ini muat untuk sekitar 50 an penumpang. Perjalanan Balikpapan ke Berau ditempuh dalam waktu 1 jam penerbangan.

Kalstar
Bandar Udara Kalimarau

Sesampainya di Bandar Udara Kalimarau, Berau (Tanjung Redeb). Kita sudah dijemput oleh Pak Ilham, supir yang akan mengantar kita ke Pelabuhan di Tanjung Batu. Jarak perjalanannya sekitar 2 – 3 jam perjalanan. Sambil mengendarai mobil, pak ilham bercerita mengenai suku dayak dan suku bugis. Beliau bercerita masyarakat sekitar masih mempercayai ilmu-ilmu gaib.

Sesampainya di Pelabuhan Tanjung Batu, kita akan menempuh jalur laut dengan menyebrang selama 30 menit atau sekitar 1 jam (tergantung kondisi cuaca dan ombak) untuk sampai di Pulau Derawan.

Bagi para solo backpacker, jika melalui Berau (Tanjung Redeb) kalian bisa menggunakan angkutan umum taksi (mobil avanza) yang akan berangkat ke Tanjung Batu apabila penumpang sudah penuh. Biaya per orangnya IDR 70.000 dan boat yang digunakan untuk menyebrang ke pulau derawan ini juga ada yang umum, dengan tarif  IDR 50.000 – 70.000 per orang,  berbeda saat ke derawan via tarakan, tidak ada boat umum yang mengantar kita menyebrang ke pulau derawan.

Pilihan hari pertama menginap kita di Sari Cottage, penginapan sederhana di atas air. Tarif per malam nya IDR 300.000 sudah termasuk kamar mandi dalam n AC.

Sari Cottage
Sari Cottage
Balkon di kamar Sari Cottage

Derawan ini sudah cukup maju. Di area perkampungan di pulau derawan ada banyak warung dan tempat makan. Penginapan pun banyak ditawarkan di pulau derawan, mulai dari yang diatas air, resort, atau homestay. Tak perlu bingung mencari makan malam disana karena warung makan banyak ditemui. Untuk sinyal telepon selular cuma ada Telkomsel, XL, M3. Tapi listriknya sudah 24 jam full.

Pagi hari kita bisa melihat sunrise di dermaga penginapan, atau yang malas keluar kamar bisa nongkrong aja di teras kamar sambil melihat penyu-penyu berenang.

Setelah menikmati sunrise di dermaga Sari Cottage, kita bersiap-siap check out dan breakfast. Jam 08.00 pagi, boat yang kita sewa menjemput kita di depan dermaga kamar kita. Hari itu kita akan melanjutkan perjalanan untuk hopping island di pulau-pulau lain disekitar derawan (Pulau Kakaban, Sangalaki, dan Maratua) dan di hari ke dua ini kita menginap di Water Villa, Pulau Maratua.

Hari ke 3 di Pulau Derawan

Di hari ke 3 kami pulang kembali ke pulau derawan setelah menginap satu hari di water villa di Pulau Maratua. Perjalanan dari Pulau Maratua menuju Pulau Derawan ditempuh dalam waktu 1.5 jam. Disaat sudah mati gaya bosan duduk lama di boat, ada segerombolan lumba-lumba yang memecahkan keheningan kita. Lumba-lumba dalam jumlah banyak meloncat-loncat di samping boat kita.

Hari ke tiga di pulau derawan, kita menginap di Reza & Dira Cottage, penginapan diatas air ini tarifnya IDR 400.000 per malamnya. Sesampainya di dermaga ada beberapa orang yang sedang memotret penyu-penyu yang berenang di bawah dermaga penginapan kita.

Reza & Dira Cottage
Kamar Reza & Dira Cottage

Sambil ngobrol ngalor-ngidul akhirnya kita berkenalan dengan mereka. Mereka juga bercerita tidak beruntung bertemu ikan manta saat ke Pulau Sangalaki. Si bapak yang hitam dan terlihat ndeso ini pergi ke derawan untuk mengantar temannya dari Belanda bersama istri dan keponakannya. Mereka semua ramah dan sederhana.

“Besok pulangnya lewat mana?” tanya si bapak.
“Transit dulu pak di balikpapan” jawab kita.
“Wahh kalau mampir balikpapan mampir ya ke warung saya”
“Dimana pak?”
“Namanya Dandito”
Lalu spontan kita menjawab “Ohhhhh Danditoo, kemarin kita juga mampir disana”

Senang bisa bertemu banyak orang yang ramah saat travelling. Dari mereka kita bisa belajar hal baru, berbagi pengalaman, bertukar pikiran. Sebagai kenang-kenangan kita berfoto bersama.. Taraaa . . . .

Empat hari yang super komplit karena banyak pengalaman yang kita dapat dari Derawan. Liburan kali ini memaksa saya untuk rajin bangun pagi tanpa berat hati seperti hari-hari biasa saat bangun untuk berangkat ke kantor haha

Dan di hari terakhir ini, saya ga mau melewatkan sunrise terakhir kita di derawan. Alarm jam 05.00 pagi berbunyi langsung tanpa bermalas-malasan saya berjalan menuju dermaga untuk menanti sunrise. Menanti matahari yang mulai tersenyum di ujung timur dibalik segerombolan awan.

Last sunrise

Setelah packing, kita keliling pulau dengan menyewa sepeda. Tarif menyewa sepeda IDR 50.000 untuk 2 jam atau jika single hanya IDR 20.000 per jam. Disana kita juga ditemani oleh anak-anak dari pulau derawan dan diantar keliling pulau.

Foto bareng Oyo
Boat yang menjemput kita 

Perjalanan akan menjadi menyenangkan saat kita mau mencoba hal-hal baru diluar sana! Maratua juga punya cerita yang ga kalah seru nya! cekidot 🙂

Note : 

Keberangkatan Menuju Derawan via Berau :

  1. Penerbangan dari Jakarta menuju Balikpapan ( 1 jam 45 menit penerbangan )
  2. Dari Balikpapan menuju Berau (Tanjung Redeb), ditempuh 1 jam penerbangan
  3. Berau (Tanjung Redeb) via darat menuju Tanjung Batu, 2 – 3 jam perjalanan
  4. Tanjung Batu – Pulau derawan dengan speed boat, 30 menit – 1 jam perjalanan

Tarif Angkutan Umum :

  1. Tarif Mobil dari Tanjung Redeb – Tanjung Batu IDR 70.000 per orang
  2. Tarif speed boat dari Tanjung Batu – Pulau Derawan IDR 50.000 per orang
  3. Tarif sewa speed boat hopping island Derawan – Kakaban – Sangalaki – Maratua IDR 1.500.000 per hari
Waktu itu, kita menggunakan jasa dari 1 orang untuk sewa mobil, menyebrang dengan boat, dan sewa boat hopping island di kakaban, sangalaki, dan maratua kita mendapat harga IDR 2.800.000 all in untuk antar jemput dengan mobil, antar jemput menyebrang ke pulau derawan, dan hopping island.

Baca Cerita Lainnya :

Tagged : / / / / / / / / /